TPHnews. Strategi untuk efektivitas pengurangan sampah ke TPA adalah dengan meningkatkan efektivitas pengolahan sampah di TPS3R dan bank sampah, serta efektivitas pemilahan sampah dari sumbernya atau rumah tangga.
Guna menumbuhkan minat yang tinggi untuk masyarakat desa dalam melakukan pemilahan sampah dari rumah atau sumbernya, maka Rumah Kreatif Belajar Sampah (TPH) melakukan kegiatan training dan workshop manajemen kebun agro TPH dari pemanfaatan sampah, di TPS3R Wringinputih pada hari selasa (2/2).
Training dimaksudkan untuk memberikan ketrampilan peserta yang merupakan kader TPH, agar mampu mengolah sampah baik organik atau non organi baik dari sampah rumah tangga atau sampah wisata, untuk dijadikan media tanaman.
Hal ini dimaksudkan menjadi pemicu bagi peserta untuk memperoleh nilai tambah dari aktivitas pemilahan dan pengolahan sampah untuk dimanfaatkan secara produktif dalam kegiatan budidaya tanaman, hidroponik dan aquaponik bersama dengan Rumah Kreatif Belajar Sampah.
Kegiatan training yang diikuti oleh 28 peserta dari 9 Dusun di desa Wringinputih, terdiri dari Kepala dusun dan Ibu Rumah Tangga. Trainer workshop terdiri dari M Fadjariansah, seorang praktisi tanaman hias, tanaman hidroponik dan aquaponik. serta trainer dari tim Rumah Kreatif Belajar Sampah.
Ketua Tim Rumah Kreatif Belajar Sampah, Yun Arifatul Fatimah, ST,MT,PhD yang merupakan dekan FT Unimma, dalam sambutannya menyampaikan, bahwa kegiatan training kader TPH diharapkan menjadi simulasi ekonomi sirkular, bagaimana menggunakan ulang dan mendaur ulang sampah rumah tangganya masing-masing akan berdampak mengurangi jumlah sampah yang dikirim ke bank sampah dan TPS3R serta pembuangan sampah di TPA.
Ditambahkan oleh ketua tim TPH, bahwa untuk menjaga konsistensi aktivitas pemilahan dan pemanfaatan sampah rumah tangga oleh masyarakat, kita harus mampu memicunya (trigger) dengan menumbuhkan minat yang tinggi melalui hasil penamfaatan sampah yang memiliki nilai tambah.
Dalam training ini difokuskan untuk pemanfaatan sampah untuk media tanam budidaya anggrek. Melalui bantuan penyediaan bibit anggrek berkualitas untuk kader, diharapkan media tanam dapat di sediakan oleh peserta training melalui pemanfaatan (reuse dan recycle) sampah sesuai yang diajarkan di training.
Nanti setiap bulan akan disediakan dan didistribusikan bibit tanaman untuk kader TPH, sehingga di harapkan di tahun ini, setiap kader dapat memanen hasil tanamannya setiap minggu. Hasil panen tanaman akan dijualkan oleh TPH, dimana hasil keuntungan dan bibit tanaman selanjutnya akan di bagikan kepada kader TPH setiap bulan. Selain itu kader TPH diberikan juga pupuk kompos dan pupuk oirganik cair dari hasil pengolahan TPS3R.
Wakil ketua tim yang merupakan inisiator Rumah Kreatif Belajar Sampah, Agus Wahyudi yang menjadi salah satu trainer, menyampaikan TPS3R di banyak tempat selama ini tidak lebih menjadi tempat penjualan sampah atau rongsok. Fungsi 3R hanya normatif saja dan tidak teraktualisasikan sehingga berdampak pada sirkuler ekonomi sampah.
Kader TPH diharapkan menjadi role model yang nanti dampat diikuti warga lainnya untuk secara signifikan memilah dan mengolah sampah dari rumah atau sumbernya, untuk menghasilkan produk bernilai tambah sehingga sampah dapat dimonetisasi menjadi pendapatan bagi kader dan warga. Hal ini jika berjalan konsisten maka akan signifikan mengurangi jumlah sampah, khususnnya non organik yang diangkut ke bank sampah, TPS3R dan bahkan TPA.
Hasil kreasi nilai (value creation) dari pengolahan sampah untuk kegiatan budidaya tanaman oleh kader TPH, diharapkan menghasilkan pendapatan tambahan bagi kader dengan target tahun ini minimal mencapai lima ratus sampai satu juta rupiah per orangnya.
Area TPH akan dilengkapi dengan media hidroponik dan aquaponik, mesin pengolahan maggot dan pengemasan pupuk kompos dan organic cair. Selain itu ada wahana untuk paket Eduwisata sampah bagi wisatawan yang ingin wisata sambil belajar tentang pengolahan sampah di TPS3R.
Trainer Fadjariansyah menyampaikan bahwa keterpaduan aktivitas pemanfaatan sampah untuk kegiatan agrobisnis dan agrowisata menjadi tantangan bagi desa untuk merealisasikannya. Masyarakat akan lebih antusias dalam aktivitas 3R, jika mereka merasakan manfaat dan benefit langsung berupa pendapatan, sehingga ini akan menjadi kegiatan rutin bagi warga.
Dari alur aktivitas tersebut, kader dan masyarakat mendapatkan income tambahan dari aktivitas pengolahan sampah produktif, TPS3R dapat income tambahan untuk kelangsungan operasionalnya, wisatawan memperoleh edukasi sehingga mereka lebih sadar dalam berwisata yang lebih ramah terhadap sampahnya.
Harapannya, ini dapat berjalan, dan kedepan dapat menjadi contoh dan model yang baik. Bahwa Desa Wringinputih, memiliki masyarakat yang kreatif dalam mengolah sampah rumah tangga dan sampah wisatanya secara produktif, sehingga signifikan mengurangi sampah unorganik yang dibuang ke TPA.