Sosialisasi Rumah Kreatif Belajar Sampah TPS3R Desa Wringinputih

TPHNews. Pada hari selasa (23/2) telah diselenggarakan kegiatan sosialisasi dan FGD tentang Inisiasi pendirian Rumah Kreatif Belajar Sampah (Trash Play House-TPH) di Lokasi TPS3R Desa Wringinputih.

Kegiatan ini diikuti oleh sebanyak 35 orang yang terdiri dari perwakilan komunitas ibu rumah tangga, pengurus KPP TPS3R, pengurus bank sampah, komunitas sadar wisata, kepala dusun dan perangkat Desa.

Kegiatan sosialisasi dibuka oleh kepala desa Wringinputih, Garto yang dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan TPH diharapkan menjadi solusi mengatasi sampah untuk menjadi berkah untuk Desa Wringinputih berjarak 1,3 km dari candi Borobudur sebagai destinasi wisata super prioritas. Sebagai Desa Wisata Penyangga Borobudur, TPH diharapkan menjadi media untuk menumbuhkan kesadaran dan penerapan solusi sampah yang produktif. Sehingga kedepannya akan dialokasikan dana untuk dibuatnya Bank Sampah di masing-masing dusun untuk mendukung pengelolaan sampah TPS3R.

Adapun ketua tim program Rumah Kreatif Belajar Sampah (Trash Play House-TPH) Yun Arifatul Fatimah, ST,MT,PhD yang merupakan Dekan dari fakultas Teknik Unimma ini menyatakan bahwa kegiatan inisiasi Rumah Kreatif Belajar Sampah mendapatkan apresiasi dan dukungan dari Pemerintah Australia melalui jaringan Australia Global Alumni. Dalam sambutannya menyampaikan “Kami sedang melakukan sosialisasi dan FGD untuk menginisiasi pendirian Rumah Kreatif Belajar Sampah atau Trash Play House di desa Wringinputih Borobudur. TPH ini nanti menjadi pusat untuk pengolahan sampah yang produktif juga eduwisata sampah untuk wisatawan. TPH diharapkan mendorong penerapan sistem ekonomi sirkular untuk mewujudkan pembangunan desa yang berkelanjutan, sebagai ekonomi linier tradisional yang menggali nilai maksimum pemanfaatan dan penggunaan sampah yang dihasilkan desa dan aktivitas pariwisata”.

Permasalahan pengelolaan sampah salah satunya disebabkan ketimpangan antara biaya investasi untuk pembangunan, penyediaan sarana prasarana persampahan, dan biaya operasional pemeliharaan dengan pendapatan dari retribusi sampah. Bank sampah di kawasan Borobudur, sejauh ini memiliki problem hanya sebatas sebagai picky eater atau mengambil sampah yang bernilai. Sedangkan yang tidak bernilai belum bisa dioptimalkan pemanfaatannya. Belum lagi, bank sampah memiliki rantai cukup panjang dengan kapasitas tampung yang kecil.

Setiap harinya, sampah di Kabupaten Magelang mencapai 607 ton dan dapat menimbun Candi Mendut setinggi 13,3 m. Menurut data DLH Kabupaten Magelang Dengan jumlah penduduk 1,2 jiwa, artinya per orang menghasilkan 0,5 kilogram sampah. Belum lagi sampah yang dihasilkan wisatawan Borobudur yang mencapai 5 juta pengunjung setiap tahunnya. Setiap tahunnya, sampah di Kabupaten Magelang mencapai 222 ribu ton sampah sehingga dapat menimbun Candi Borobudur setinggi 35 m. Komposisi sampah rata-rata di Kabupaten Magelang berdasarkan data persampahan Kabupaten Magelang terdiri dari 53,6% sampah organik dan 46,4% sampah anorganik.

Menurut data Walhi tahun 2017, TPS3R yang didirikan pemerintah, hanya 35 persen yang masih beroperasi, hal ini disebabkan karena tingginya biaya operasional TPS3R yang tidak terpenuhi dengan pendapatan yang dihasilkannya. Sedangkan Anggaran pengelolaan sampah di Kabupaten Magelang sampai saat ini masih di bawah 5% per tahun dari total APBD.

Mengingat kecamatan Borobudur adalah Kawasan Strategis Pariwisata (KSP), maka pengelolaan dan pengembangan potensi desa wisata harus selaras dengan pengelolaan lingkungan pariwisata yang berkelanjutan. Melalui Penerapan Rumah Kreatif Belajar Sampah (Trash Play House) diharapkan menjadi solusi bernilai tambah bagi TPS3R Wringinputih agar operasionalnya dapat bertahan terus secara berkesinambungan, sekaligus meningkatkan daya tarik desa wisata dan mendorong penguatan daya saing kawasan wisata super prioritas Borobudur yang berkelanjutan.

Dalam kesempatan tersebut, ketua KPP TPS3R Wringinputih, Munthar menyampaikan Jumlah sampah di desa Wringinputih dengan luas wilayah 377 Ha, dengan jumlah penduduk mencapai 6120 orang, dengan rata-rata sampah per orang 0,5 kg ini menghasilkan sampah  1116,9 Ton per tahunnya. Borobudur didatangi wisatawan mencapai 4 juta orang setiap tahun, jika ada 10%nya wisatawan yang datang atau melewati Wringinputih, menghasilkan tambahan sampah 200 ton per tahun. Ini menjadi tantangan untuk kita bersama untuk pengeloahan sampah yang efektif agar wisata berkelanjutan.

Adapun tanggapan dari perwakilan kepala Dusun Kanggan, menyatakan bahwa “masyarakat di dusun kami sangat antusias dilibatkan dalam kegiatan yang dilaksanakan yaitu Rumah Kreatif Belajar Sampah. Sehingga ada keterpaduan antara pengelolaan sampah dengan desa wisata yang saling mendukung, agar desa wisatanya menjadi lebih menarik, lingkungannya bersih, dan masyarakat berpartisipasi dalam memanfaatkan sampah secara produktif. Kami sangat senang ada kegiatan seperti Rumah Kreatif Belajar Sampah di Dusun Kami”.

Adapun Visi dari Rumah Kreatif Belajar Sampah (Trash Play House/TPH) menjadi bagian dari upaya dan komitmen untuk mengurangi dampak negatif sampah di kawasan strategis destinasi wisata prioritas secara produktif, kreatif dan inovatif sehingga menjadi solusi stakeholder wisata dalam upaya konkrit yang terukur dan terintegrasi dalam mewujudkan lingkungan destinasi pariwisata yang berkelanjutan.

Misi yang akan dijalankan Rumah Kreatif Belajar Sampah (Trash Play House/TPH) antara lain 1) Melaksanakan usaha Atraksi Wisata Edukasi Sampah di Tempat Pengolahan Sampah Desa di Kawasan Strategis Pariwisata untuk peningkatan daya tarik; 2) Mengembangkan solusi dan peningkatan nilai tambah pengelolaan sampah yang terintegrasi melalui 4R (Reduce, Reuse, Recycle, dan Replace) secara produktif dan inovatif serta berdampak ekonomis bagi masyarakat; 3)Meningkatkan partisipasi masyarakat dan wisatawan dalam kebiasaan hidup bersih, sehat dan mendukung pengelolaan sampah terintegrasi di lingkungan destinasi wisata. Serta 4) Penguataan komitmen pelaku usaha  dalam penerapan sistem insentif dan disinsentif pengurangan Sampah di kawasan wisata, serta dalam rangka mendukung New Normal Pariwisata (Cleanliness, Healthy, Safety, And Environmental Sustainability),

Ditambahkan respon dari perwakilan ibu rumah tangga menyatakan, “Kami tertarik untuk berpartisipasi dalam kegiatan Rumah Kreatif Belajar Sampah kedepannya, agar kami dapat memperoleh manfaat dari sampah yang kita hasilkan, yang kita akan pilah langsung dari rumah atau sumbernya, kemudian dimanfaatkan untuk kegiatan agroponik sehingga menghasilkan untuk ketahanan pangan dan pendapatan tambahan keluarga. Selain itu kami ikut dalam gerakan mengurangi sampah wisata yang tentu akan membuat wisatawan akan lebih nyaman dan terjamin kebersihan lingkungannya”.

Leave a Reply