Ratusan siswa SMP I Salaman Magelang kunjungi Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) Desa Wringinputih, Kecamatan Borobudur, Magelang, Rabu (24/8/2022). Kunjungan dengan naik mobil kereta dan didampingi oleh para Guru tersebut dalam
rangka mengaplikasikan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), Kurikulum Merdeka Belajar, khusunya program Kelola Sampah Sekolah Indah (Lampah Sedah).
Wakil dari sekolah sekaligus Kepala bidang Sarparas dan Koordinator P3 SMP I Salaman, Chakim Muqtada Spd, Mpd, mengatakan tujuan dari kunjungan ke PTS3R di Desa Wringinputih ini dalam rangka mengaplikasikan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), Kurikulum Merdeka Belajar.
“Salah satu dari P5 itu kami ambil proyek Lampah Sedah (Kelola sampah Sekolah Indah). Harapanya anak-anak bisa memiliki pemahaman tentang pengelolaan sampah sehingga punya budaya yang baik bagi kehidupan sehari-hari,” ungkapnya di sela-sela kegiatanya.
Dia menyebutkan jumlah siswa yang dilibatkan sebanyak 223 siswa kelas 7 ditambah beberapa siswa klas 9 yang sedang mempersiapkan diri mengikuti lomba Kihajar Tingkat Nasional.
“Kegitan proyek P5 lampah sedah ini dilaksanakan tiga kali dalam tiga pekan. Pekan pertyama focus pada pemilahan sampah, pekan kedua pada pengolahan organic, dan pekan ketiga pengolahan unorganik,” jelas Chakim.
Dia juga mengungkapkan bahwa sebenarnya di SMP I Salaman sudah mencoba melakukan cara pengolahan sampah.
Kami di sekolah sudah memproduksi hasil karya anak dari bahan sampah, seperti tempat sampah yang dihias versi anak-anak. Tentunya dengan adanya proyek P5 lampah sedah ini, sekolah menjadi bersih,” ujar Chakim.
Sementara salah satu Pengurus TPS3R Desa Wringinputih, Sugeng Rohmad menjelaskan, sudah mengembangkan produk pemilahan sampah, menjadi pengolahan sampah. Ada yang menjadi pupuk organic, kompos, pupuk POC (pupuk buah), termasuk pemanfaatan pupuk kompos untuk budidaya khususnya buat tanaman toga.
“Selain itu ada budidaya magot juga. kemudian dsri budidaya tanaman kita kembangkan lagi menajdi produk olahan, di sini sudah ada jahe instan,” jelasnya. .
Kemudian untuk bahan-bahan yang tidak bisa diolah seperti plastic, botol plastic dijual untuk menambah pendapatan TPS3R. dan bahan limbah yang tidak bisa diolah dikirim ke TPA Pasuruhan.
“Tujuanya setelah operasional TPS3R tercukupi, bisa menjadi PAD Desa,” kata Sugeng.
Dia menambahkan di TPS3R sendiri sudah dimanfaatkan sekitar 400 pelanggan dimana setiap pelanggan (rumahan) dikenakan biaya Rp 20 ribu perbulan.
“Kemudian untuk rumah makan, homestay pertokoan menyesuaikan antara Rp 30 – 100 ribu perbulan,” terangnya.
Diharapkan keberadaan TPS3R yang sudah berjalan kurang lebih 1 tahun ini bisa menjadi ajang edukasi baik masyarakat maupun sekolah-sekolah untuk belajar tentang pemilahan dan p[engolahan sampah, serta pengenalan berbagai macam tanaman ada tanaman langka dan tanaman obat.
“Disini sudah kita coba memanfaatkan produk pupuk dari PTS3R untuk tanaman langka, seperti klerak, belimbing wuluh dan tanaman langka lainya,” pungkas Sugeng.(Kbm2)
Sumber : kabarmagelang .com